Full Width CSS

Tabungan untuk para siswa


Biaya pendidikan yang semakin mahal merupakan salah satu kendala dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas di suatu negara.  Salah satu sebab ketertinggalan Indonesia dalam pembangunan ekonomi adalah kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas dan masih tingginya biaya pendidikan. Pembentukan karakter peserta didik yang cenderung diarahkan untuk menjadi pegawai negeri maupun swasta juga memberikan andil dalam peningkatan angka pengangguran. Kurikulum pendidikan kurang memberikan ruang bagi para siswa untuk menemukan jati dirinya dan memberikan bekal untuk suatu saat bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Pola pikir warisan Belanda yang membuat rakyat lebih berharap untuk menjadi pegawai telah menjadikan sekolah-sekolah kejuruan sepi dari peminat padahal tipe sekolah ini memberikan bekal bagi para siswanya untuk menjadi tenaga siap pakai yang juga mampu menciptakan lapangan kerja setelah menyelesaikan pendidikannya. Kesulitan mendapatkan modal kerja setelah tamat sekolah dan juga tingginya tingkat persaingan kerja antara alumnus sekolah kejuruan, merupakan beberapa alasan bagi para orang tua untuk enggan menyekolahkan anak mereka disekolah kejuruan.

                Melihat masih tingginya antusiasme masyarakat untuk menyekolahkan anaknya disekolah umum untuk kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi memang menjadi PR yang besar bagi pemerintah karena masih sangat sempitnya lapangan kerja yang tersedia bagi para sarjana apalagi sarjana muda. Sebagian pihak menyarankan untuk memberikan juga bekal keterampilan bagi para siswa di sekolah umum walaupun tidak sedetail sekolah kejuruan, sehingga masih ada peluang bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan seandainya tidak meneruskan kuliah ke perguruan tinggi atau bahkan juga memberikan kurikulum kewirausahaan untuk para mahasiswa sehingga bisa menjadi bekal bagi mereka untuk berwirausaha selepas kuliah apabila mereka belum mendapatkan pekerjaan diperusahaan atau instansi idaman.
                Sebagai pemula dalam dunia blogging, penulis merasa tertarik dengan banyaknya tulisan para blogger yang membahas tentang monetisasi blog. Menjadi seorang blogger telah memberikan peluang bagi seseorang untuk mendapatkan penghasilan tambahan atau bahkan penghasilan utama dengan melakukan beberapa hal seperti menyediakan space diblog mereka untuk dipasangi iklan dari para advertiser, mengikuti affiliate program dan juga menjual produk langsung diblog mereka. Telah banyak nama yang sukses dengan menjadi seorang blogger, seperti apa yang dirasakan oleh seorang Joel Comm untuk level dunia atau Cosa Aranda dan Isnaini dari Indonesia. Bila kita kaitkan hal ini dengan tingginya biaya pendidikan dan juga tingkat pengangguran di Indonesia, menurut penulis adalah suatu hal yang positif apabila pada program ekstrakurikuler, diberikan pilihan bagi para siswa disekolah umum untuk belajar tentang berbagai cara menghasilkan uang yang ditawarkan dari internet terutama melalui blogging. Menjadi blogger adalah suatu hal yang positif dan menantang, karena seorang blogger sejati akan terus berusaha menyajikan postingan yang bermanfaat diblognya, dan hal ini tidak mungkin terwujud kecuali dengan melakukan banyak pengamatan dan membaca berbagai sumber referensi, apalagi blog bisa diperoleh tanpa biaya. Hal ini berbanding lurus dengan kondisi para siswa yang selalu dikelilingi dengan berbagai teori dan referensi ilmiah. Para siswa adalah para calon blogger yang potensial karena berbagai macam ilmu sedang melekat begitu eratnya dalam memori mereka. Mengenai tenaga pengajarpun, rasanya tidaklah akan terlalu menjadi kendala yang besar karena para guru mata pelajaran Teknologi Informasi yang merupakan alumnus dari jurusan yang berbau komputer biasanya telah memiliki bekal untuk membuat, menata dan mengelola blog/web site, dan juga begitu banyaknya referensi yang bisa didapatkan hanya dengan melakukan googling. Para guru mata pelajaran Teknologi Informasi dalam hal inipun bisa disinkronisasikan dengan guru mata pelajaran bahasa inggris dan bahasa indonesia terkait dengan kualitas bahasa yang disajikan oleh para siswa diblognya karena peluang monetisasi blog memang dimungkinkan apabila isi blog ditulis dalam bahasa Indonesia tetapi akan lebih menjanjikan bila ditulis dalam bahasa Inggris.
                Bila kegiatan ekstra kurikuler berupa monetisasi blog ini dimulai sejak kelas 1 SMU misalnya, dan para siswa diwajibkan untuk menulis setidaknya 1 artikel/postingan saja setiap minggu, maka bisa dibayangkan berapa ratus postingan yang bisa dihasilkan siswa ketika mereka tamat dari sekolah nantinya. Postingan yang banyak dan berkualitas akan mendatangkan banyak pengunjung pula ke blog tersebut. Semakin banyak kunjungan akan semakin banyak peluang untuk mengumpulkan “tabungan pendidikan” buat para siswa. Bila para siswa pengikut kegiatan ekstra kurikuler blogging ini dibina secara serius sejak awal masa sekolah mereka, maka besar kemungkinan bagi mereka untuk tumbuh menjadi seorang jurnalis dan top blogger yang memiliki tabungan yang bisa mereka gunakan untuk membantu meringankan biaya orang tua mereka ketika melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Atau bahkan menciptakan lapangan kerja bagi diri mereka sendiri dengan menjadi seorang full time blogger yang hidup dari pengelolaan blog secara profesional seperti yang banyak terjadi dinegara maju seperti Amerika Serikat. Sarana di berbagai sekolah pada saat sekarang sudah lebih baik walaupun masih terbatas, sehingga mungkin saja program ini tidak bisa diikuti oleh seluruh siswa dan disesuaikan dengan kapasitas labor komputer yang ada. Tapi dengan adanya pionir dari beberapa orang siswa saja untuk menjadi blogger melalui program ekstrakurikuler ini, bukan mustahil akan terjadi transfer ilmu kepada teman-temannya sehingga lambat laun disuatu sekolah justru akan bisa membentuk komunitas bloggernya sendiri. Keterbatasan dilabor komputer pada masa ini nampaknya juga bukan kendala yang berarti karena kebanyakan siswa masa kini lebih senang menghabiskan waktu mereka untuk bermain game online ataupun jejaring sosial di warnet, sehingga yang diperlukan hanyalah support kepada mereka untuk mengubah mind set mereka dari yang memanfaatkan warnet untuk bermain game dan online saja, kepada sesuatu yang lebih bermanfaat yaitu membaca berbagai berita dan artikel untuk kemudian menjadi ide penulisan artikel diblog mereka sendiri. Kalau kita telaah lebih jauh, rasanya tidak ada salahnya memasukkan program menjadi blogger profesional ini sebagai salah satu jenis ekstrakurikuler disekolah. Seandainya monetisasi blog mereka kurang sukses pun, masih banyak manfaat lain yang bisa dirasakan diantaranya peningkatan minat baca yang diiringi dengan minat menulis karena kemajuan suatu bangsa salah satu faktor penopang terbesarnya adalah minat baca dan tulis para generasi mudanya. Jadi seperti suatu seruan yang sering kita dengar, mari kita katakan : ayo ngeblog !! selesai.
               
               

Posting Komentar

0 Komentar