Full Width CSS

Fenomena Gayus, Ariel dan Irfan


Tahun 2010 telah berlalu, tahun yang dipenuhi kesedihan bagi bangsa Indonesia karena datangnya berbagai musibah seperti banjir bandang diwasior, tsunami di mentawai serta ledakan gunung merapi di Yogyakarta dan semakin sulitnya kehidupan ekonomi sehingga semakin banyak rakyat yang hidup dibawah garis kemiskinan. Hal ini semakin runyam dengan carut marutnya kehidupan berpolitik ditingkat elitnya.
            Tahun 2010 juga merupakan tahun dimana sejumlah isu menjadi isu nasional yang menghiasi beragam media massa lokal maupun asing. Gayus Halomoan Partahanan Tambunan adalah sebuah nama yang mendadak menjadi buah bibir, bukan karena prestasi atau kontribusi positifnya untuk bangsa, melainkan bermula ketika Komjen Susno Duadji menyebutkan bahwa Gayus mempunyai uang Rp 25 miliar di rekeningnya plus uang asing senilai 60 miliar dan perhiasan senilai 14 miliar di brankas bank atas nama istrinya dan itu semua dicurigai sebagai harta haram. Dalam perkembangan selanjutnya Gayus sempat melarikan diri ke Singapura beserta anak istrinya sebelum dijemput kembali oleh Satgas Mafia Hukum di Singapura. Kasus Gayus mencoreng reformasi Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang sudah digulirkan Sri Mulyani dan menghancurkan citra aparat perpajakan Indonesia.
Gayus menjadi kunci terbukanya kasus penyelewengan pajak yang merugikan keuangan negara dalam nominal yang fantastis. Sebagai seorang PNS Muda golongan dilingkungan Dirjen Pajak yang belum terlalu lama menjalani masa dinasnya, nilai kekayaan Gayus yang mencapai nilai milyaran sungguh sangat mencengangkan. Pertolongannya untuk menghitung “tax saving” bagi para kliennya dihargai mahal dengan mengalirnya pundi-pundi uang ke rekeningnya. Gayus pun kemudian diproses secara hukum, menjalani hari-harinya dipenjara menunggu jatuhnya vonis hakim. Disini cerita pun terus berlanjut, dengan rahasia yang ada ditangannya, Gayus yang menyebut dirinya sebagai ikan kakap mampu membuat para “ikan hiu” memberikan servis mewah kepadanya, sehingga walaupun berstatus sebagai tahanan, dia mampu melancong ke Bali untuk melihat pertandingan tenis, bahkan juga berpelesir sampai ke Kuala Lumpur, Singapura dan Makau. Gayus pun disinyalir telah menyiapkan rencana “pelariannya” bersama sang istri dengan membuat paspor Republik Guyana yang pembuatannya diduga melibatkan seorang pria yang disinyalir sebagai seorang agen CIA bernama James Jerome Grice. Kasus Gayus memberikan inspirasi bagi banyak orang  diantaranya Bona Paputungan seoarang mantan Napi yang mengekspresikan kegelisahannya terhadap perlakuan “spesial” terhadap Gayus dipenjara melalui lagunya yang berjudul “Andai Aku Gayus Tambunan”. Lagu ini sontak menjadi hits yang terbukti dengan banyaknya para netter yang mendownload atau sekedar melihatnya lewat situs video youtube.com. Wajar saja seluruh rakyat Indonesia menjadi geram dan melontarkan sumpah serapah kepadanya dan siapa saja yang bekerja sama dengannya. Saat yang dinanti pun tiba, pada tanggal 19 Januari 2011, majelis hakim akhirnya menjatuhkan vonis berupa hukuman penjara selama 7 tahun dan denda Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah). Bagaimana akhir dari kasus ini, akan menjadi berita yang sangat dinanti oleh seluruh rakyat Indonesia yang berharap tidak akan ada lagi penyelewengan pajak yang sangat merugikan negara.
Fenomena lainnya datang dari seorang duda muda yang menjadi idola para wanita diseantero nusantara. Muhammad Nazril Ilham atau yang terkenal sebagai Ariel Peter Pan mengukir “prestasi baru” disaat karir musiknya mulai surut karena bermunculannya band-band baru yang tumbuh subur bagaikan jamur dimusim hujan. Ariel yang merupakan aktor utama dibalik meledaknya album kedua Peter Pan yang bertajuk Bintang Di Surga tidak pernah membayangkan bahwa koleksi “adegan-adegan panasnya” bersama beberapa selebriti wanita yang disimpan di laptop pribadinya akan beredar luas dimasyarakat dan begitu mudah untuk diakses oleh siapa saja. Sejumlah pakar telematika memperkuat keyakinan akan keaslian video-video tersebut sehingga Ariel semakin tersudut sehingga akhirnya harus duduk dikursi pesakitan dan menghitung harinya dipenjara sambil menunggu jatuhnya ketokan palu majelis hakim. Pro dan kontra bermunculan, mayoritas masyarakat mencaci maki Ariel terutama sekali ormas-ormas Islam seperti FPI, sementara diseberangnya para fans setia dan teman-teman sesama musisi tetap mendukung Ariel dan berharap akan kebebasannya disertai argumen bahwa Ariel hanyalah korban, bukanlah aktor dibalik penyebaran video-video porno tersebut.
            Kedua fenomena tersebut jelas bukanlah hal yang positif, berbeda dengan kehadiran seorang pemuda blasteran yang mendadak beken karena keahliannya menggocek bola dan ketampanannya yang membius para gadis remaja. Ya, Irfan Haarys Bachdim, seorang pesepak bola yang lahir dari pasangan Indonesia-Belanda, memutuskan untuk memilih menjadi warga negara Indonesia. Pengalamannya berlatih di tim junior Ajax Amsterdam dan tim reserve (cadangan) FC. Utrecht menjadi modal berharga baginya untuk memulai karirnya di Persema Malang. Harapannya yang sempat tertunda untuk mengenakan seragam merah putih akhirnya kesampaian juga. Irfan memulai laga pertamanya bersama tim nasional pada sebuah laga uji coba melawan Timor Leste dalam rangka persiapan menjelang Piala AFF 2010. Ketenarannya bermula dari penampilan ciamiknya ketika tim nasional mengalahkan Malaysia dengan skor 5-1 di partai pembuka dan Laos 6-0 pada partai kedua piala AFF dimana Irfan mencetak masing-masing 1 gol pada kedua pertandingan tersebut. Disinilah kisahnya bermula, Irfan mendadak menjadi selebritis baru yang tidak hanya terpajang fotonya di tabloid bertema olah raga tetapi juga di program-program infotainment diberbagai TV swasta. Irfan semakin populer karena kisah cintanya dengan Jennifer Kurniawan, kakak dari Kim Jeffrey Kurniawan, seorang keturunan Indonesia-Jerman yang dikemudian hari juga mengikuti jejak Irfan untuk memilih kewarganegawaan Indonesia dan bermain untuk Persema Malang. Walaupun harapan untuk meraih piala AFF pertama kalinya gagal diwujudkan, tetapi popularitas Irfan tidak lantas menjadi surut. Masalah muncul ketika Persema Malang yang semula berlaga di Liga Super Indonesia, akhirnya “tergoda” untuk bergabung dengan Liga Primer Indonesia, sebuah Liga independen yang mempunyai visi untuk membebaskan klub sepak bola profesional Indonesia dari ketergantungan kepada dana APBD. Irfan yang terlanjur menanda tangani kontrak, ikut bermain bersama Persema di LPI dan memulainya dengan gemilang ketika mencetak hattrick ke gawang Solo FC pada laga pembuka. PSSI gerah dan mengancam akan memberikan sanksi kepada siapa saja yang terlibat dalam LPI. Pelatih Tim Nasional Alfred Riedl pun dengan tegas menyatakan untuk tidak akan memanggil para pemain yang berlaga di LPI ke tim nasional karena LPI bukanlah liga resmi yang diakui FIFA. Apapun kisruh yang terjadi antara LPI dan PSSI, pada akhirnya akan sangat disayangkan karena pemain-pemain berbakat seperti Irfan, Kim Kurniawan, Andik Firmansyah ataupun Lucky Wahyu tidak akan pernah diberi kesempatan membela tim nasional.
Fenomena-fenomena tersebut semakin memperjelas bahwa bangsa Indonesia sedang berada pada tingkat “kekusutan benang” yang bersangatan pada semua aspek kehidupan. Fenomena Gayus semakin meningkatkan mosi tidak percaya rakyat kepada Pemerintah, masyarakat semakin enggan membayar pajak karena khawatir akan diselewengkan.  Sementara kasus Ariel semakin mempertegas image negatif masyarakat terhadap kalangan anak band yang sangat identik dengan narkoba dan pergaulan bebas, dan kasus Irfan semakin menguatkan indikasi bahwa sepak bola Indonesia tak pernah lepas dari tunggangan kepentingan pihak-pihak tertentu. Sulit bagi kita untuk mempercayai bahwa semua ini akan terjadi, tapi inilah kebenaran yang pahit yang semoga bisa memberikan pencerahan bagi bangsa Indonesia dalam menata kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Posting Komentar

0 Komentar