Persaingan antara tim sepak bola sekota seakan menjadi suatu mata air yang tak akan pernah habis dijadikan bahan obrolan. Dinegara “kecil” dalam sepak bola seperti Indonesia contohnya kita pernah mengenal derby panas antara persebaya vs mitra surabaya maupun assyabab salim grup ataupun persib yang berhadapan dengan bandung raya. Dieropa sana rivalitas seakan abadi antara pendukung internazionale dengan AC Milan ataupun Manchester City dan si setan merah Manchester United. Tak hanya rivalitas sekota, rivalitas antara tim papan atas pada liga-liga elit eropa juga selalu jadi buah bibir. Rivalitas begitu mendarah daging antara AC Milan dan Juventus, MU dan Liverpool dan Barcelona vs Real Madrid. Saking tingginya tensi diantara para kubu yang bersaing ini, para fans tidak akan segan menganggap para pemain yang menyeberang ke klub saingan utama tim mereka sebagai pengkhianat yang pantas untuk dibenci dan dicaci maki. Hal ini pernah dirasakan oleh pemain sekaliber Luis Figo yang hijrah dari Barcelona ke Real Madrid.
Pada masa kepemimpinan Florentino Perez (2000-2006) Real Madrid dijuluki sebagai Los Galacticos yang secara bebas bisa diartikan sebagai kumpulan pemain yang memiliki kemampuan bermain yang melebihi manusia bumi dan berasal dari galaksi lain sehingga tidak ada yang sanggup menandinginya dibumi. Hal ini dikarenakan materi berkelimpahan bintang yang dimiliki Real Madrid pada diri Zinedine Zidane, David Beckham, Ronaldo, Luis Figo, Roberto Carlos dan sederet nama beken lainnya. Tapi julukan ini sampai kini masih diperdebatkan karena tidak terlalu spektakulernya prestasi Real Madrid dibandingkan dengan uang yang telah mereka hamburkan. Ditengah tingginya ekspektasi pendukung Madrid akan hadirnya Los Galacticos jilid 2 yang dirancang oleh Jose Mourinho serta ditopang oleh Cristiano Ronaldo, Mezut Oziel, Angel di Maria, Sami Khedira, Xabi Alonso dan nama-nama top lainnya, Barcelona kembali mengusik Madrid dengan menjegal langkah mereka diliga Spanyol dan juga Liga Champions Eropa musim ini. Hanya Copa del Rey lah yang mampu menjadi penyelamat muka Madrid.
Kegemilangan Barcelona di Spanyol, Eropa bahkan dunia dalam beberapa tahun terakhir memang sungguh luar biasa. Kerja sama tim yang solid, didukung oleh racikan strategi yang jitu oleh alumnus mereka Pep Guardiola telah membawa Barcelona ke era keemasan mirip seperti yang dialami oleh AC Milan pada era 90-an ketika ditukangi oleh Arigo Sacchi dan ditopang oleh trio Belanda, Ruud Gullit, Marco Van Basten dan Frank Rijkard. Barcelona begitu fenomenal, karena tidak ada satu tim pun yang mampu mengalahkan mereka dalam permainan terbuka. Inter Milan yang mengalahkan mereka disemifinal liga champions musim lalu dan juga Real Madrid yang mengalahkan mereka difinal copa del rey, bisa memetik kemenangan dengan melakukan anti strategi yaitu bertahan total dan hanya sesekali melakukan serangan balik. Barcelona selalu unggul mutlak dalam ball possesion atas lawan-lawannya, bahkan memaksa Arsenal yang mereka kalahkan dalam semifinal liga champions musim ini untuk tidak mendapatkan 1 tendangan pun ke arah gawang mereka pada leg ke 2 di stadion camp nou. Bukti keperkasaan mereka terlihat jelas beberapa hari yang lalu ketika mereka “mengajari” jawara inggris Manchester United bagaimana cara bermain sepak bola yang baik dan benar difinal liga champions Eropa musim ini. Hal ini membawa de ja vu bagi United yang juga mereka kalahkan pada final liga champions 2 musim lalu. Fenomenalnya Barcelona juga terbukti dengan sumbangsih mereka yang besar dengan menyumbangkan banyak pemainnya untuk berseragam matador dan sukses membawa prestasi sensasional bagi tim nasional Spanyol dengan keberhasilan mereka menjuarai Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010.
Melihat kehebatan Barca, sudah sewajarnyalah akan timbul pertanyaan : siapa sih yang bisa hentikan mereka (dengan permainan normal dan terbuka) ? pertanyaan ini sangat sulit untuk dijawab oleh para analis manapun. Fenomenalnya mereka menjadikan mereka bagaikan makhluk dari galaksi lain yang tidak mampu dihadapi oleh manusia manapun dimuka bumi. Barca telah menjadi Los Galacticos yang sebenarnya yang secara sadar maupun tidak diakui oleh semua kawan dan lawan mereka. Siapa yang bisa membantah kehebatan Lionel Messi sebagai pemain terbaik didunia ? Atau visi bermain Xavi Hernandes sebagai salah satu gelandang terhebat ? Atau pengakuan Wayne Rooney yang menganggap Andres Iniesta sebagai pemain terbaik dunia ?. Kalau memang julukan Los Galacticos memang layak diberikan kepada suatu tim sepak bola, maka tanpa ragu kita semua pasti akan berkata : Los Galacticos (masa ini ) adalah Barcelona, selesai.
0 Komentar