Full Width CSS

Optimisme


Pada akhir tahun 2008 ketika aku lewat didekat masjid jami’ birugo, aku melihat pamflet mengenai adanya tabligh akbar yang akan diadakan dibeberapa lokasi di kota bukittinggi. Satu hal yang membuatku sangat tertarik adalah narasumber yang dijadwalkan untuk mengisi acara tersebut. Beliau adalah seorang ulama yang berasal dari Sudan yaitu Syaikh Musaid bin Basyir As Sudani. Beliau disebutkan sebagai seorang ahli hadits yang memperoleh ijazah dari beberapa ulama besar “kaliber” dunia diantaranya seorang ahli hadits negeri syam, Nashiruddin al-Albani
dan juga memiliki sanad periwayatan sampai kepada Imam Bukhari rahmahullah. Dengan semangat aku terus mengingat jadwal tabligh akbar tersebut dan berniat untuk menghadiri setidaknya salah satu diantara jadwalnya. Akhirnya aku diberi kesempatan untuk hadir pada salah satu jadwal di masjid nurul haq pada suatu waktu setelah shalat jumat.
Tidak kusangka ternyata masyarakat begitu antusias menantikan kedatangan syaikh ini. Masjid ini penuh sesak, bahkan justru kebanyakan diantara mereka adalah para pemuda, suatu hal yang sangat menakjubkan mengingat pada zaman sekarang masyarakat telah menganggap bahwa mayoritas pemuda telah berpaling dari mempelajari ilmu syariat. Melihat hal ini aku merasa senang dan teringat akan hadits Nabi SAW yang mengatakan bahwa akan selalu ada satu golongan yang akan tetap menjaga agama ini dengan izin Allah sampai akhir zaman, serta berharap bahwa para pemuda inilah sekelumit golongan yang dikabarkan oleh beliau. Setelah beberapa lama menunggu akhirnya syaikh Musaid datang, aku takjub karena begitu rindu dan ingin melihat sosok ulama rabbaniyun, yang mungkin saja telah mencapai derajat mujtahid. Aku terus memperhatikan gerak gerik beliau, aku ingin sekali mengamati cara shalat beliau. Aku mengamati sekelilingku dan melihat betapa seluruh hadirin sangat antusias dengan kedatangan beliau dan juga sangat memperhatikan cara shalat beliau. Setelah shalat dan perkenalan oleh moderator, beliaupun memulai materi ceramah beliau yang waktu itu bertemakan tentang aqidah ahlussunnah wal jamaah. Beliau menerangkan dengan lancar dan tenang, walaupun hanya mengingat sedikit sekali kosakata bahasa arab dan tidak paham tentang nahwu dan sharafnya, tetapi tidak mengurangi antusiasmeku untuk mencoba memahami perkataan beliau. Aku jadi teringat tentang kisah seorang khalifah dizaman salaf yang sangat senang mendengarkan majlis ilmu terutama ketika dibacakan kepadanya hadatsana fulan kola hadatsana kola sampai kola Rasulullah Saw... Syaikh membacakan beberapa hadits lengkap dengan sanad-sanadnya.
Selepas acara tersebut, aku masih takjub dan begitu senang karena telah melihat sosok ulama yang merupakan golongan yang sangat sedikit diakhir zaman ini. Aku sangat optimis akan kebaikan yang akan diperoleh oleh umat islam apabila antusiasme seperti ini dapat ditularkan kepada saudara-saudara se-islam lainnya. Aku berharap akan banyak majelis-majelis ilmiah seperti ini yang diadakan oleh ustadz 2 kita yang berguru kepada para ulama tersebut. Aku berharap akan hidayah-Nya bagiku dan seluruh kaum muslimin untuk dapat menuntut ilmu yang benar dan mengamalkan-Nya. Semoga Allah menunjuki kita kepada kebaikan..

Posting Komentar

0 Komentar