Try again never stop believing.
Sepakbola adalah bahasa yang universal untuk kebersamaan, keindahan dan juga keberuntungan. Aku mengenal sepakbola pertama kali ketika berlangsungnya perhelatan akbar piala dunia 1990 di negeri spaghetti Italia. Aku masih ingat bagaimana memikatnya permainan Gary Lineker dan Roger Mila, eksentriknya Rene Higuita dan tangisan Maradona ketika timnya dikalahkan oleh gol pinalti Andreas Brehme difinal. Setahun kemudian aku melihat kebahagiaan rakyat Indonesia ketika timnas garuda berhasil meraih medali emas SEA Games Manila setelah mengalahkan Thailand melalui drama adu pinalti.
Sepakbola adalah bahasa yang universal untuk kebersamaan, keindahan dan juga keberuntungan. Aku mengenal sepakbola pertama kali ketika berlangsungnya perhelatan akbar piala dunia 1990 di negeri spaghetti Italia. Aku masih ingat bagaimana memikatnya permainan Gary Lineker dan Roger Mila, eksentriknya Rene Higuita dan tangisan Maradona ketika timnya dikalahkan oleh gol pinalti Andreas Brehme difinal. Setahun kemudian aku melihat kebahagiaan rakyat Indonesia ketika timnas garuda berhasil meraih medali emas SEA Games Manila setelah mengalahkan Thailand melalui drama adu pinalti.
Beberapa tahun kemudian aku disuguhi berita tentang sekumpulan anak muda bangsa yang berguru di Italia dalam nama tim primavera Indonesia. Ada berbagai kenangan indah disepanjang peliputan itu ketika aku melihat kemampuan kurniawan dwi yulianto utk bersaing dengan alessandro del piero yg kemudian kita kenal sbg salah satu pemain terbaik didunia, masih segar juga diingatanku ketika Indonesia mampu menahan timnas junior swedia dlm suatu laga ujicoba. Hal ini membuatku semakin menyukai sepakbola terlebih lagi aku melihat berbagai drama di piala dunia Amerika 1994 ketika Roberto Baggio menangis ketika eksekusinya melambung jauh diatas gawang Taffarel dan juga pesona tim Swedia yg dimotori oleh Kenneth Anderson dan Thomas Brolin. Setelah melihat berbagai pertandingan sepak bola kecintaanku terhadap olah raga ini terus tumbuh, dan walau seatraktif apapun permainan level dunia, aku justru mulai jatuh cinta kepada sepak bola Indonesia terlebih lagi ketika aku melihat bagaimana Bima Sakti dkk berhasil mengimbangi macan asia Korea Selatan dalam laga pra olimpiade atlanta 1996. Setitik harapan itu tumbuh, aku yakin Indonesia akan berjaya dilevel internasional dengan sokongan para pemuda energik ini. Aku terus antusias mengikuti perkembangan sepakbola Indonesia. Aku masih ingat tajamnya heading Dejan Gluscevic merobek jala persib bandung dilaga pembuka liga Indonesia yg waktu itu bernama liga dunhill. Persib justru akhirnya menutup kisah mereka dengan manis ketika berhasil mengalahkan Petrokimia Putra difinal melalui gol tunggal Sutiono. Aku tetap bangga ketika persib berhasil menembus perempat final liga champions asia walaupun akhirnya tak berdaya didepan digdayanya ilhwa chunma, verdy kawasaki dan thai farmers bank. Di SEA Games Chiang Mai 1995 Indonesia mengawalinya denga n indah ketika menekuk Dollah Saleh dkk (Harimau Malaya) dgn skor meyakinkan 3-0 dan membenamkan kamboja dengan skor telak 10-0. Mimpi buruk terjadi ketika secara tak terduga indonesia disingkirkan oleh tim kuda hitam vietnam 1-0 dibabak perempat final. Sang anak emas kurniawan dwi yulianto hanya bisa termenung. Ditahun berikutnya Indonesia mengikuti pergelaran tiger cup (sekarang AFF suzuki cup), permainan tim cukup baik sebelum akhirnya disingkirkan malaysia dg skor 3-1 di semifinal. Ditahun yang sama indonesia juga mengikuti ajang piala asia utk pertama kalinya yg kala itu digelar di uni emirat arab. Kurang meyakinkan disejumlah ujicoba, laskar garuda justru tampil tanpa beban dan nyaris saja menghempaskan kuwait lewat gol salto fenomenal widodo c. Putra (sekarang asisten pelatih timnas) dan Ronni Wabia sebelum akhirnya kedua gol itu mampu dibalas. Namun Indonesia akhirnya harus mengakui keunggulan Korea Selatan dan tuan rumah. Ditahun 1998, indonesia kembali mengikuti tiger cup divietnam, kali ini turnamen ini tercoreng dgn sikap tdk sportif dari indonesia dan thailand yg memainkan sepak bola gajah utk menghindari tuan rumah vietnam di semifinal. Gol bunuh diri sengaja oleh Mursyid effendi membuatnya dihukum tidak boleh bermain seumur hidup di arena internasional. Khawatir akan vietnam, indonesia justru ditekuk Singapura disemifinal yg kemudian berhasil meraih tropi tiger cup. Indonesia terus mengikuti berbagai turnamen internasional walaupun akhirnya gagal meraih satu gelar pun. Diantara kegagalan beruntun itu sebenarnya timnas garuda masih juga memberikan kenangan indah bagi para pendukungnya. Pada beberapa kesempatan mereka mampu memberikan hiburan yang atraktif seperti ketika mengalahkan sampdoria dengan skor 2-1 pada sebuah uji coba di medan melalui ledakan duo kurniawan dan peri sandria. Mereka juga sempat mempermalukan selandia baru dengan skor 5-0 dalam sebuah laga uji coba disurabaya. Ketidak mampuan timnas meraih prestasi memang mengecewakan, tapi entah kenapa aku tak pernah berhenti berharap akan datangnya prestasi bagi mereka, aku mungkin saja melewatkan laga liga champions eropa atau bahkan piala dunia, tapi sangat sulit bagiku untuk melewatkan partai-partai timnas garuda. Entah kenapa dilevel junior para garuda muda bagaikan tim yang begitu menjanjikan, tapi memudar ketika mencapai level senior. Aku masih ingat bagaimana tim asuhan bambang nurdiansyah ditahun 2001 yang dimotori oleh syamsul khairuddin, hamka hamzah, syamsidar, erik setiawan kala itu mampu mematahkan dominasi thailand dengan memukul mereka 1-0 dibabak penyisihan dan kembali membungkamnya 2-0 dibabak final piala sultan hasanal bolkiah U-21 di Brunei Darussalam. Tim pelajar indonesia juga selalu diperhitungkan dilevel asia. Yang lebih fenomenal lagi adalah keberhasilan remaja 2 garuda menempati peringkat 4 pada turnamen danone nations cup beberapa tahun yang lalu, dan bintang mereka kala itu, Irvin Wuseng direkrut utk berlatih ditim junior ajax amsterdam sebelum akhirnya sekarang bermain diliga tiphone bersama pro duta. Kegagalan panjang timnas garuda memang selalu mengecewakan bagiku dan para pecinta mereka diseantero nusantara. Tapi itu tak pernah membuatku bosan utk menunggu pertandingan mereka. Ditahun 2010 ini harapan kembali muncul ketika kita melihat bagaimana timnas garuda sempat merepotkan peringkat empat piala dunia Uruguay, sebelum akhirnya dipermak dengan skor 7-1. Masuknya Irfan Bachdim dan Christian el loco Gonzales memberi warna baru bagi timnas diajang piala AFF. Timnas tampil begitu atraktif dan mampu menyarangkan banyak gol, bahkan mereka mampu membungkam “tim eropa” filipina dengan permainan yang indah dan menjanjikan. Banyak pihak optimis bahwa puasa gelar selama 19 tahun itu akan berakhir dengan dimenanginya piala AFF tahun ini. Tapi takdir berada dijalan yang lain, tim garuda yang betul 2 mendapatkan dukungan total melebihi piala asia 2007 justru mencapai antiklimaks ketika bermain distadion bukit jalil Malaysia. Pertahanan yang begitu rapuh diacak-acak oleh Nurshahrul Idlan dan Muhammad Safee Sali yang berujung pada kekalahan telak 3-0. Malaysia memang mengenakan laser dan petasan, tapi diatas itu semua, harus kita akui bahwa mereka bermain dengan kebanggaan yang tinggi malam itu, sedangkan indonesia gagal menunjukkan kebanggaan mereka memakai seragam dengan lambang garuda didada. Bahkan sebenarnya Indonesia sendiri juga menggunakan sinar laser kearah kiper Sharbini Alawi ketika mereka mengalahkan Malaysia 5-1 dibabak penyisihan. Apa yg terjadi di ISL (Indonesia Super League) bahkan lebih ekstrim, lemparan botol aqua, mercon dan batu adalah hal yg biasa, bahkan penonton yg tidak puas pun nekat mengejar pemain kelapangan seperti yg dicontohkan pendukung PSM Makassar ketika tim mereka dikalahkan tamunya Semen Padang beberapa waktu yang lalu. Kekalahan tidak membuat publik sepakbola patah arang, optimisme akan keberhasilan dikandang sendiri tidak lantas menjadi padam. Namun kenyataan berbicara lain banyaknya peluang yg tercipta gagal dikonversikan menjadi gol, bahkan tuan rumah sempat tertinggal oleh serangan balik yang dieksekusi oleh Muhammad Safee Sali sebelum akhirnya memenangi pertandingan lewat gol M. Nasuha dan M. Ridwan. Kekecewaan kembali terjadi untuk kesekian kalinya. Tapi para pendukung garuda semakin dewasa, mereka tidak mencaci bahkan memuji perjuangan keras para putra terbaik bangsa, mereka yakin bahwa masih ada harapan di SEA Games yg akan digelar di Indonesia tahun depan, masih ada harapan pada permainan rancak tim SAD Indonesia yang berguru di Uruguay, dan harapan lainnya yang tak akan pernah padam. Aku telah berkali-kali menonton pertandingan tim garuda walaupun akhirnya berkali-kali pula kecewa, tapi aku terus ada dibarisan depan untuk menanti pertandingan tim garuda berikutnya. Aku tak kan pernah berhenti berharap walau aku dan semua pencinta timnas takkan pernah tahu kapan garuda akan mengepakkan sayapnya dan meraih tropi internasional walaupun setidaknya untuk kawasan asia tenggara. Aku begitu kagum dengan semangat salah seorang putra bangsa yang bermental juara sejati seperti bambang pamungkas yang menulis dengan indah dalam blog pribadinya : “cepat atau lambat kostum merah putih itu akan tanggal dari badanku tapi garuda yang ada didada kiriku takkan pernah tanggal dan akan terus disana sampai akhir hayatku”, Bambang begitu bangga menjadi bagian dari skuad garuda. Bambang adalah contoh pemain bermental positif yang tidak pernah menyerah dan putus asa dalam menghadapi pasang surut permainannya, Bambang selalu siap memberikan yang terbaik sampai tenaganya tak dibutuhkan lagi oleh pelatih timnas. Pada akhirnya, kita cuma butuh 11 orang bermental juara seperti bambang untuk menjadi juara, semoga sikap positif bambang akan diwarisi oleh para penerusnya ditim garuda. selesai...
0 Komentar