Rencana Pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi dari semula Rp. 4.500,- per liter menjadi Rp. 6.000,- per liter terhitung tanggal 1 April 2012 mendatang telah menimbulkan banyak penentangan dari berbagai lapisan masyarakat. Bisa dipastikan apabila rencana ini terwujud, beban kehidupan masyarakat semakin memberat karena BBM bagaikan “gerbong penggerak” yang menjadi faktor krusial sebagai pemicu kenaikan harga barang dan jasa. Demonstrasi dan penolakan terjadi dimana-mana yang tak jarang berakhir dengan bentrokan antara para demonstran dengan aparat keamanan. Pemerintah menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang memaksa mereka untuk mengambil kebijakan yang tidak populer ini yang diantaranya adalah terjadinya situasi krisis ekonomi dan politik global terutama Konflik di Selat Hormuz dan juga terjadinya kenaikan harga minyak mentah indonesia (ICP) yang cukup signifikan, bahkan mencapai harga $122/barel pada bulan Februari lalu. Hal ini menurut pemerintah akan menyebabkan tersedotnya APBN 2012 kepada subsidi karena terjadinya kenaikan yang cukup signifikan dari asumsi semula yang menetapkan harga minyak mentah hanya $95/barel. Sebagai kompensasinya pemerintah menjanjikan beberapa program untuk mengurangi beratnya efek kenaikan harga BBM dikalangan masyarakat menengah kebawah diantaranya adalah pemberian Bantuan Langsung Tunai Sementara, Pemberian bea siswa, penambahan raskin dan Kompensasi ke sektor transportasi berupa kupon ongkos angkutan dan bantuan STNK dan KIR.
Kehidupan yang semakin sulit telah menanti rakyat Indonesia tepat didepan mata mereka. Apapun argumentasi dan analisa yang diberikan oleh pemerintah, tetap saja akan sukar untuk dipahami oleh rakyat kecil yang selama ini kehidupannya sudah cukup sulit, apatah lagi nanti bila BBM jadi dinaikkan dengan kisaran 33,33% dari tarif sebelumnya. Rakyat menjadi semakin pesimis dengan kesungguhan niat pemerintah dalam membangun bangsa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena semakin lama semakin banyak terkuak kasus kebocoran anggaran negara di tingkat pusat maupun daerah karena penyelewengan yang dilakukan oleh segelintir oknum aparat yang tidak bertanggung jawab. Namun di lain sisi terus menentang pemerintah atau bahkan membuat kerusuhan justru akan memperburuk keadaan. Demonstrasi yang terus menerus dan bahkan berakhir anarkis justru malah akan merugikan bagi rakyat kecil yang notabenenya menjadi objek perjuangan bagi para demonstran. Kerusakan sarana dan prasarana umum dan kemacetan ataupun penyanderaan kendaraan pengangkut barang/material jelas akan merugikan bagi masyarakat yang lingkungan kerja atau tempat tinggalnya digunakan sebagai wadah untuk berdemonstrasi. Ketika kenaikan harga tidak dapat dihindarkan, demonstrasi dan hujatan yang mengarah kepada anarkisme dan penghasutan justru akan memperburuk keadaan. Berbagai solusi alternatif dan kritikan membangun seharusnya banyak dikemukakan oleh para mahasiswa dan kaum akademis, bukan dengan melakukan adu jotos dengan pihak kepolisian. Indonesia tidak kekurangan orang pintar, bahkan justru sangat banyak memilikinya. Sebagai contoh sederhana kita bisa lihat betapa superiornya para pemuda bangsa yang mampu meraih gelar bergengsi di berbagai olimpiade internasional dalam berbagai disiplin ilmu. Memang pemerintah disokong oleh kumpulan orang yang mungkin memiliki level intelektualitas tertinggi dinegeri ini, tapi adalah hal yang mustahil untuk mengharapkan bahwa mereka memiliki jawaban atas semua pertanyaan. Gagasan dan ide-ide yang membangun dan bahkan terkesan sepele dan sederhana terkadang justru tidak pernah terpikirkan dalam benak orang jenius yang memiliki kepintaran jauh diatas rata-rata kebanyakan manusia.
Munculnya mobil rakitan para pelajar SMK di Solo beberapa waktu yang lalu merupakan salah satu solusi alternatif nyata yang bisa diharapkan untuk memperbaiki kehidupan bangsa dan perlu mendapatkan dukungan serius dari pemerintah terlepas dari kontroversi sang promotor yang kemudian maju sebagai salah satu calon pemimpin Propinsi DKI Jakarta. Kiat Esemka adalah suatu awal yang baik untuk mengharapkan adanya perbaikan kehidupan bangsa Indonesia. Kecintaan terhadap produk bangsa sendiri seperti yang pernah dikampanyekan oleh Gandhi puluhan tahun yang lalu tampak tercermin dalam semangat yang dibawa oleh mobil ini. Walaupun belum lulus uji emisi kehadiran Kiat Esemka apabila ditelusuri lebih dalam adalah salah satu titik tolak untuk membangun industri otomotif di Indonesia yang mana industri ini jelas-jelas telah memberikan kontribusi nyata bagi suatu negara untuk melangkah menuju ketahapan yang lebih maju seperti yang telah dibuktikan oleh Jepang dan Korea Selatan. Kiat Esemka telah memberi contoh bahwa remaja Indonesia bisa berkarya dan bukan hanya remaja hedonis dan materialis seperti yang banyak diperbincangkan dimasa ini. Kiat Esemka sendiri apabila didukung secara serius pengembangannya justru akan membantu mengurangi dampak krisis yang disebabkan oleh kenaikan BBM. Teknologi yang terus diuji dan dikembangkan bukan tidak mungkin akan menjadikan mobil ini sebagai salah satu mobil yang sangat efisien dalam konsumsi bahan bakarnya dan pajak penjualannya akan menambah pundi-pundi anggaran yang bisa digunakan untuk pembangunan dan pensejahteraan rakyat. Kiat Esemka juga menciptakan potensi untuk terbukanya lapangan kerja baru apabila pemerintah serius mengembangkan industri rumah tangga untuk menjadi pemasok bahan baku mobil ini. Kiat Esemka juga menghadirkan suatu wacana tentang mengalirnya uang dari “Pemerintah kembali kepada Pemerintah”. Apabila pemerintah mewajibkan semua jajarannya mulai dari tingkat pusat sampai daerah untuk mengganti mobil dinas yang sudah tidak layak pakai dengan Kiat Esemka, bisa dibayangkan betapa banyaknya penghasilan pajak yang bisa diperoleh dari kampanye berbiaya nol ini.
Beralih dari Kiat Esemka, program yang telah dilakukan pemerintah sebelumnya kemungkinan besar akan mampu membantu rakyat miskin mengurangi kesulitan hidupnya, program MCK + + yang telah berjalan di berbagai daerah bisa memberikan kontribusi nyata dalam mengurangi biaya hidup masyarakat miskin. MCK + + secara sekaligus mampu meringankan beban masyarakat penerima manfaatnya dari sisi sanitasi dan juga biaya pembelian minyak tanah. MCK + + sangat bermanfaat bagi masyarakat miskin yang kekurangan air bersih untuk MCK dan juga kesulitan untuk membeli minyak tanah yang bisa tergantikan dengan adanya biogas yang merupakan output dari program ini. Mungkin sudah saatnya bagi pemerintah untuk lebih menggiatkan program-program seperti ini yang tergambar sebagai “kail” dibandingkan memberikan langsung “ikan” yang kesannya hanya mengenyangkan dalam jangka waktu yang sangat singkat.
0 Komentar