Full Width CSS

Mutiara hitam papua untuk indonesia

Indonesia adalah negara yang dilimpahi banyak pemain yang berbakat alami dalam urusan mengolah sikulit bundar. Dengan manajemen yang profesional tidak diragukan lagi bahwa Indonesia akan mampu menjelma menjadi salah satu kekuatan sepak bola asia atau bahkan dunia. Diantara bakat yang menyebar diseantero kepulauan nusantara, ada satu wilayah yang dianggap sebagai pemasok pemain paling potensial di Indonesia. Ya, Papua atau dulu  dikenal dengan Irian Jaya adalah gudang dari pemain-pemain dengan skill nan rancak dan fisik yang mumpuni. Dari masa ke masa daerah ini tidak pernah sepi dari pemain-pemain potensial yang siap untuk membela kehormatan tim garuda di ajang internasional.
Dulu kita mengenal era Rulli Nere yang kemudian estafetnya diteruskan sampai kepada 2 bersaudara Herman dan Alexander Pulalo yang sempat bergabung di tim primavera yang didalamnya juga ada seorang bek tangguh Aples Tecuari. Tradisi itu terus berlanjut dengan kegemilangan aksi Ronni Wabia di Piala Asia Uni Emirat Arab tahun 1996. Kemudian datanglah era Eduard Ivakdalam yang diteruskan oleh Erol FX Iba dan Elie Aiboy yang bahkan sempat menjadi pujaan para fans Selangor FC bersama Bambang Pamungkas di liga Malaysia. Bagaikan mata air yang tak pernah kering pada tahun 2004 publik “disihir” oleh aksi individu seorang pemuda yang belum genap berusia 20 tahun yakni Boaz Salossa yang juga merupakan adik dari seorang bek sayap tangguh Ortizan Salossa.
 
Menjelang SEA Games tahun 2007 tim nasional melakukan pemusatan latihan di argentina atas prakarsa dari seorang Nelson Leon Sanches, seorang mantan striker handal yang pernah bermain diliga Indonesia. Disitu bakat para pemain Papua kembali terlihat, seorang pemuda bernama Ian Louis Kabes terlihat begitu percaya diri dan tidak takut berhadapan dengan para pemain U-20 Argentina yang baru saja menjadi juara Piala Dunia U-20. Kabes mengeluarkan gocekan-gocekan yang memukau dan berhasil mencetak gol penyeimbang yang mengejutkan pemain Argentina. Bersama Kabes lahir pulalah seorang gelandang tangguh yang perannya cukup sentral di Persipura yakni Imanuel Wanggai.
 
Beberapa tahun belakangan bakat-bakat Papua semakin bersinar yang terbukti dengan dominasi tim Persipura Jayapura di Liga Super Indonesia dan juga keberhasilan mereka menembus babak perdelapan final Piala AFC tahun ini. Permainan yang indah juga diperlihatkan oleh saudara muda mereka yakni Persiwa Wamena yang mampu bertahan dipapan tengah LSI musim ini.  Di liga Ti-Phone tanda-tanda dominasi tim Papua mulai terlihat dengan keberhasilan 2 tim asal Papua, Persidafon dan Persiram Raja Ampat menembus babak delapan besar. Di Liga Primer Indonesia (LPI) tim asal Papua Cendrawasih Papua juga memunculkan permainan yang cukup indah walaupun mereka masih berkutat dipapan bawah klasemen.
 
Namun terkadang sikap indisipliner para pemain Papua membuat pelatih nasional terpaksa mencoret  mereka dari tim, seperti yang terjadi pada Boaz Salossa dan Titus Bonai. Terlepas dari kontroversi sikap disiplin mereka, para pemain papua memang terbukti “kualitasnya” seperti Boaz Salossa yang sukses memimpin daftar top skor LSI musim ini dan mencetak beberapa gol penting diajang Piala AFC. Pesona Boaz bahkan kabarnya pernah memikat tim Eradivise Belanda Venlo untuk merekrutnya. Bakat-bakat Papua dan wilayah lainnya di Indonesia bila dipadukan dengan baik dan diracik dengan benar tentu akan menghasilkan “gado-gado” yang lezat yang akan memberikan kepuasan dan kebanggaan kepada seluruh masyarakat pecinta sepak bola di Indonesia. Jadi jangan sia-siakan mutiara hitam untuk Indonesia. Selesai.

Posting Komentar

0 Komentar