Dunia diciptakan diatas keseimbangan, setiap hari bumi berputar pada rotasinya sehingga tanpa terasa malam berganti siang, hari berganti hari dan tahun berganti tahun. Manusia yang awalnya lemah tak berdaya dan selalu bergantung pada ayah bunda atau orang lain yang menjaganya, dengan izin Sang Maha Pencipta mampu tumbuh dan berkembang seiring pertambahan usia sehingga mampu mewarnai dan menciptakan sejarah didunia dengan dua perkara baik yang berupa kebaikan ataupun keburukan. Sang Pencipta telah menegaskan dalam Kitab Suci-Nya yang agung bahwa manusia yang berakal akan mengambil pelajaran terhadap penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam. Hal ini sejalan dengan nasehat dan petuah dari para pendahulu Minangkabau yang menyerukan untuk mengambil pelajaran dan ibrah dari kejadian alam dengan petuah yang terkenal “Nan Satitiak Jadikan Lauik, sakapa jadikan Gunuang, Alam takambang jadikan guru” (Yang setitik jadikan laut, sekepal jadikan gunung, alam yang terbentang jadikan guru). Petuah ini mengajarkan kita untuk Mengembangkan apa yang didapatkan walaupun sedikit dan mensyukurinya serta untuk mengambil pelajaran dari segala peristiwa yang terjadi di alam semesta.
Demikianlah keseimbangan alam itu terbentuk pada sesuatu yang berpasangan ataupun berkaitan dengan peletakan sesuatu pada tempatnya (porsi yang tepat), tidak terlalu banyak, tidak juga terlalu sedikit. Segala yang berlebihan hanya akan berujung pada kejelekan, sebaik-baik jalan adalah pertengahan. Allah ciptakan air dan api yang akan jadi sahabat bagi manusia pada ukuran kecil dan menjelma jadi lawan yang mengerikan ketika berubah dalam ukuran atau volume yang besar, Dia jadikan angin berhembus tenang menyejukkan, dunia akan terlalu panas bila hembusannya terlalu kecil dan angin akan berubah menjadi destruktif bahkan mematikan bila hembusannya terlalu besar. Dia jadikan agama-Nya sebagai pertengahan diantara penyekutuan (Polytheisme) dan peniadaan nilai-nilai ketuhanan (Atheisme). Dia ajarkan kita untuk selalu berada dalam pertengahan, karena segala yang berlebihan hanya berujung pada kerusakan. Dia telah menjadikan umat Islam sebagai umat pertengahan agar menjadi saksi bagi perbuatan umat manusia.
Dia jadikan para pemegang bendera kebenaran berada pada jalan tengah antara meninggikan seorang manusia melebihi kewajaran sampai mencapai derajat ketuhanan dengan menghinakan seseorang sampai menuduhnya sebagai anak zina. Dia berikan manusia siang untuk bertebaran mencari penghidupan dan malam sebagai pakaian yang akan menutupi mereka dari kelelahan. Dia tidak menjadikan siang saja atau malam saja selamanya karena ke Maha Lembutan dan kasih sayang-Nya yang memahami apa yang dibutuhkan oleh hamba-Nya. Cintailah segala sesuatu sewajarnya, cintailah Dia sewajarnya dalam artian beribadahlah kepada-Nya sesuai apa yang dituntunkan-Nya, jangan melebihkan atau mengurangi karena dia telah nyatakan bahwa agama-Nya berada diatas kesempurnaan.
Cintailah apa saja sewajarnya, cinta yang berlebihan bisa berubah 180 derajat menjadi kebencian, dan cinta yang terlalu kurang akan menjadi ketidakacuhan dan ketidak mau tahuan. Jadilah "golongan tengah" sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang dicintai-Nya dari kalangan orang 2 terdahulu sebagai umat yang pertengahan diantara seluruh umat.
0 Komentar