Nippon Pelindung Asia,
Nippon Pemimpin Asia,
Nippon Cahaya Asia
Di bangku sekolah saat pelajaran sejarah kita biasa mendengar ketiga semboyan ini. Ketiga semboyan yang biasa disebut sebagai Gerakan 3A ini merupakan propaganda Jepang pada masa perang dunia kedua yang ditujukan untuk menarik simpati rakyat Indonesia agar bersedia membantu Jepang. Walaupun akhirnya gerakan ini tidak berumur panjang, tetapi Jepang terus tumbuh menjadi negara yang maju, tidak hanya di Asia tapi juga diseantero jagad raya bahkan setelah negara mereka luluh lantak karena bom nuklir yang melumpuhkan Hiroshima dan Nagasaki.
Bangsa Jepang tumbuh menjelma menjadi negeri yang begitu maju setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan yang penuh semangat. Semangat pantang menyerah menghadapi segala halangan dan rintangan. Semangat yang begitu melegenda hingga berkembang menjadi budaya dan kebiasaan yang selalu mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semangat tersebut dikenal dengan istilah "bushido". Semangat bushido adalah warisan dari para ksatria elit Jepang di masa lalu, para samurai. Tokoh Samurai paling terkenal adalah Miyamoto Musashi, seorang ksatria yang buku-buku tentang kisah kehidupannya menjadi salah satu buku best seller di Jepang.
Bushido yang secara harfiah berarti "jalan ksatria" adalah prinsip moral yang dijunjung tinggi oleh para samurai selama berabad-abad. Ada tujuh prinsip keluhuran moral yang diusung oleh semangat bushido diantaranya adalah :
- Kesungguhan
- Keberanian
- Kebaikan
- Kesopanan
- Kejujuran
- Kehormatan dan
- Kesetiaan
Dengan semangat bushido, orang Jepang dimasa lalu terutama para samurai memiliki harga diri yang tinggi sehingga bagi mereka kegagalan dalam tugas adalah aib. Bagi para samurai kehidupan mereka tidaklah lebih berharga dari sehelai bulu dan karenanya untuk menutupi aib mereka, mereka siap untuk melakukan seppuku (bunuh diri dengan menusuk perut sendiri). Dimasa sekarang semangat bushido terus hidup dan tradisi bunuh diri ketika gagal sudah mulai ditinggalkan. Akan tetapi bagi mayoritas orang Jepang, rasa malu ketika menghadapi kegagalan tetap mendarah daging hingga tidak jarang kita dengar melalui media massa tentang pengunduran diri para pejabat di Jepang ketika terjadi kejadian yang menimbulkan kerugian bagi masyarakat.
Semangat bushido hadir dalam segala aspek kehidupan, tak terkecuali olah raga. Dengan semangat bushido para atlit di Jepang terus tumbuh dan berkembang sehingga mereka mampu meraih prestasi tidak hanya ditingkat Asia tetapi juga di pagelaran olah raga terakbar didunia yakni olimpiade. Pada olimpiade Rio de Janeiro Brazil tahun 2016 lalu, mereka mampu finish diurutan keenam. Dalam olah raga terpopuler di jagad raya, sepak bola, semangat bushido juga sangat kentara. Para pemain di Liga Jepang selalu berjuang "hingga titik darah penghabisan". Bahkan dimasa awal Liga Jepang tidak dikenal istilah imbang. Partai yang berakhir imbang setelah 90 menit akan dilanjutkan hingga perpanjangan waktu dan adu penalti.
Walaupun masih kalah favorit dibandingkan baseball, sepak bola di Jepang tetap menjadi salah satu olah raga yang paling digemari. Sempat melaksanakan "studi banding" ke Indonesia kala masih berlangsung kompetisi galatama sekitar tahun 1979, Liga Jepang justru berkembang jauh lebih maju dibandingkan Liga Indonesia. Setelah melaksanakan studi banding ke beberapa negara termasuk Indonesia, Jepang berusaha mengembangkan liga sepakbolanya sendiri. Mereka mendatangkan para pemain kelas dunia seperti Rui Ramos, Ramon Medina Bello, Zico dan Gary Lineker di masa awal gelaran J-League. Transfer ilmu dari para pemain kelas dunia tersebut cukup sukses dan Jepang pun tumbuh menjadi kekuatan baru di Asia. Mereka bahkan berhasil lolos ke Piala Dunia pertamanya pada Tahun 1998 di Prancis dan diiringi dengan kesuksesan mengantarkan bintang mereka Hidetoshi Nakata untuk meraih kegemilangan di Serie A Italia. Jepang pun meraih prestasi sebagai tim yang paling banyak tampil selaku kampiun di turnamen Piala Asia.
Nakata yang merupakan salah satu pemain Asia tersukses di Eropa ternyata bukan yang pertama mampu menembus ketatnya persaingan Serie A yang di tahun 90-an dianggap sebagai liga terbaik didunia. Pada tahun 1994-1995, "seniornya" Kazuyoshi Miura telah terlebih dahulu mencicipi ketatnya kompetisi di negeri spaghetti bersama Genoa. Miura yang akrab dikenal sebagai "King Kazu" juga merupakan pemain Asia pertama yang tampil di Serie A.
Bila Nakata telah gantung sepatu tahun 2006 setelah Piala Dunia Jerman dalam usia 29 tahun, King Kazu yang berusia 10 tahun lebih tua darinya justru masih aktif bermain hingga saat ini. King Kazu resmi menjadi pemain tertua tidak hanya di J-League bahkan juga diseluruh liga sepak bola dunia. Akan berusia 54 tahun pada Februari mendatang, King Kazu dikabarkan baru saja memperpanjang kontraknya dengan klub Yokohama FC, salah satu klub promosi di J1 (Liga Utama J-League). King Kazu bahkan masih mampu mencetak gol pada saat berumur 50 tahun 14 hari saat timnya masih berada di J2.
King Kazu bukanlah pemain sembarangan, selain Jepang dan Italia, "sang raja" juga pernah berpetualang dibeberapa klub di Brazil, Kroasia dan Australia. Terutama pada masa jayanya, King Kazu merupakan idola bagi para bocah di Jepang. Posternya tersebar dikamar-kamar para pemuda Jepang yang sedang keranjingan sepak bola pada masa itu. King Kazu juga merupakan anggota tim nasional Jepang ketika meraih gelar Piala Asia pertama mereka pada tahun 1992. Di usia senjanya King Kazu seolah berhasil membuktikan bahwa "age is just a number". King Kazu ikut berpartisipasi sebagai pemain pengganti pada tanggal 19
Desember 2020 ketika timnya menghempaskan tim sekota Yokohama
Marinos dalam pertandingan yang berakhir dengan skor 3-1. Dalam sebuah wawancara, legenda Barcelona yang kini bermain di Liga Jepang, Andres Iniesta bahkan mengatakan bahwa dirinya ingin bermain sampai umur 52 tahun seperti King Kazu.
King Kazu memulai karirnya disaat sebagian besar rekan se timnya saat ini belum lahir. Yang lebih unik, berdasarkan data pada web transfermarkt.com, dari lima pemain tertua diliga Jepang, tiga orang diantaranya merupakan anggota squad Yokohama FC. Kelima pemain tertua itu telah berusia diatas 40 tahun dan "yang termuda" Yasuhito Endo akan berusia 41 tahun pada 2021 ini. Kelima pemain tersebut juga pernah membela "panji" Samurai Biru baik dilevel junior maupun senior dan memiliki prestasi yang cukup gemilang. Shunsuke Nakamura misalnya yang berada pada urutan kedua setelah King Kazu, merupakan pemain Jepang tersukses di Liga Skotlandia yang menjadi legenda hidup diklub Celtic FC.
Semangat bushido telah teruji bertahun-tahun dan melintasi berabad-abad kehidupan umat manusia. King Kazu merupakan salah satu "role model" yang sukses menerapkan semangat menolak menyerah tersebut sehingga layak untuk dijadikan panutan untuk meraih kesuksesan dalam menjalani kehidupan. Selesai.
Bahan bacaan :
- https://makassar.sindonews.com/berita/15593/1/patut-kamu-terapkan-ini-tujuh-prinsip-bushido-samurai-jepang
- https://internasional.kompas.com/read/2018/06/13/23590011/biografi-tokoh-dunia--miyamoto-musashi-ahli-pedang-legendaris-jepang?page=all
- https://www.panditfootball.com/sains-bola/177335/ABI/150502/semangat-bushido-dalam-pelatihan-sepakbola-jepang
- https://www.superprof.co.id/blog/novel-jepang-terbaik/
- http://top.skor.id/detail/123623/Konon-Jepang-Pernah-Belajar-ke-Galatama-Tapi-Sekarang-Indonesia-Masih-Sekitar-Urusan-Dapur
- https://www.liputan6.com/bola/read/4455560/potret-king-kazu-pemain-tertua-di-liga-profesional-jepang
- https://www.youtube.com/watch?v=zoOuNPpBYKE
- https://www.transfermarkt.com/j-league-division-1/juengsteaelteste/wettbewerb/JAP1/plus/1/galerie/0?saisonIdVon=2019&saisonIdBis=2020&land_id=&pos=&spielerposition_id=
0 Komentar