Full Width CSS

Membentuk Generasi Muttaqin

Ustadz Aulia Raflis, Lc dalam sebuah kajian ramadhan di masjid raya lantai batu batusangkar memaparkan metode pendidikan anak sesuai tuntunan islam. Beliau memulainya dengan firman allah dalam surat at tahrim ayat 6 : "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka" dan Al Furqon: 74  “Dan orang orang yang berkata: “Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. ).

 Beliau kemudian menjelaskan metode pendidikan para pemuda dikalangan sahabat nabi sebagaimana tergambar dalam hadits :

قال جندب بن جنادة رضي الله عنه: كنا مع النبي صلى الله عليه وسلم ونحن فتيان حزاورة فتعلمنا الإيمان قبل أن نتعلم القرآن ثم تعلمنا القرآن فازددنا به إيمانا، وأنتم اليوم تعلمون القرآن قبل الإيمان. رواه ابن ماجه وصححه الألباني

 Jundub bin Junadah –radhiyallahu ‘anhu– berkata, “Kami telah bersama Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika kami masih sangat muda. Kami mempelajari iman sebelum belajar al-Quran, kemudian barulah kami mempelajari al-Quran hingga bertambahlah keimanan kami karenanya.” (HR. Ibn Majah). Dijelaskan bahwa Jundub bin Junadah membacakan hadits di ini kepada muridnya dikalangan tabiin yang ternyata memulai pendidikan mereka dari Al Quran baru kemudian mempelajari iman sehingga menghasilkan kualitas yang berbeda jauh dengan para sahabat nabi walaupun masa mereka berdekatan dan merupakan generasi emas umat islam sebagaimana dalam Hadits Muslim 4599 :

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَهَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ يَزِيدَ عَنْ عَبِيدَةَ السَّلْمَانِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرُ أُمَّتِي الْقَرْنُ الَّذِينَ يَلُونِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَجِيءُ قَوْمٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ لَمْ يَذْكُرْ هَنَّادٌ الْقَرْنَ فِي حَدِيثِهِ و قَالَ قُتَيْبَةُ ثُمَّ يَجِيءُ أَقْوَامٌ

Sebaik-baik umatku adl pada masa setelahku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya lagi, lalu akan suatu kaum setelah mereka yg mana persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya, atau sebaliknya.' Namun Hannad di dalam Haditsnya tak menyebutkan lafazh Al qarn (masa). Sedangkan Qutaibah berkata dgn lafazh; 'Akan datang beberapa kaum.' [HR. Muslim No.4599].

 Apabila pada masa sahabat dan tabiin yang sama-sama generasi terbaik umat saja terdapat perbedaan kualitas yang begitu jauh lalu bagaimanakah dengan generasi muda kita sekarang. Para pemuda islam yang mendapatkan pendidikan yang tepat telah berhasil mencatat nama mereka dalam sejarah pada usia yang masih sangat muda seperti ilmuwan ibnu sina yang menjadi dokter spesialis pada usia 18 tahun ataupun Muhammad Al Fatih yang menjadi gubernur pada usia 18 tahun dan menjadi khalifah pada usia 20 tahun demikian pula dengan Ibnu Khaldun. Seorang ulama kontemporer Syaikh Abdul Majid al Mishri menjelaskan bahwa berdasarkan hasil penelitian terhadap ayat-ayat Al Qur'an, dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 tahapan pendidikan dalam islam : pertama dimulai dari sendiri, kedua pendidikan kepada keluarga dan ketiga pendidikan dalam bangsa/negara.

Syaikh menjelaskan bahwa berdasarkan penelitian terhadap ayat-ayat makkiyah dan madaniyah, pada tahapan awal (ayat-ayat makkiyah) kaum muslimin tidak dibebani dengan banyak tugas/perintah, dalam periode ini baru ada 4 hal yang diperintahkan :

1. Shalat Malam

2. Bersedekah

3. Membaca Al Qur'an

4. Shalat wajib (yang turun perintahnya 1 tahun sebelum hijrah)

Barulah ketika hijrah ke madinah, perintah-perintah lain mulai dibebankan.

Hal ini berbeda dengan pola pendidikan zaman sekarang yang membebani anak-anak dengan begitu banyak muatan pelajaran sehingga menyebabkan banyaknya peserta didik yang menjadi stress dengan beban kurikulum dan merasa jenuh dalam belajar. Beliau juga menegaskan betapa besarnya peran orang tua dalam mendidik anak sehingga tidak bisa dilepaskan begitu saja kepada guru-guru disekolah atau bahkan pesantren. Beliau menutup ceramahnya dengan harapan agar kiranya pendidikan islami dapat diterapkan mulai dari lingkungan keluarga sendiri dan semoga nantinya dapat diterapkan disekolah-sekolah dan pesantren-pesantren.

Posting Komentar

0 Komentar