Sumber gambar : https://id.carousell.com/p/ngeri-ngeri-sedap-bamsoet-bambang-soesatyo-165836701/
Sebelum era internet yang mulai booming diawal abad milenium, siaran televisi dan radio menjadi primadona masyarakat dalam mencari hiburan untuk melepaskan kepenatan setelah bekerja seharian. Masih segar diingatan kita bagaimana mendebarkannya menanti episode lanjutan dari serial sandiwara radio Saur Sepuh dan Tutur Tinular. Atau keseruan menebak judul lagu diacara Berpacu Dalam Melodi serta kesetiaan menanti datangnya jam 9 guna menyaksikan program berita legendaris, Dunia Dalam Berita.
Begitu banyak siaran televisi yang berkesan terutama bagi generasi tahun 90-an. Serial televisi dari pria jenius yang menguasai ilmu sains terapan bernama McGyver, Mobil canggih bernama Kitt yang bisa berbicara dan berjalan sendiri dengan pengendalian komputer, Helikopter canggih bernama Airwolf dan berbagai macam judul serial televisi lainnya menjadi favorit para pemirsa dan meraih rating tinggi pada tayangan televisi nasional dimasa itu.
Generasi 90-an tentu tidak akan melupakan bagaimana menegangkannya perjuangan Kotaro Minami sang Ksatria Baja Hitam dalam pertarungannya untuk mengalahkan musuh nan sakti, sang monster jahat bernama Gorgom yang selalu berusaha mengambil alih dunia. Kisah Ksatria berzirah perunggu yang tumbuh menjadi pelayanan Lady Athena berjudul Saint Seiya juga merupakan salah satu serial favorit yang ditunggu oleh para “bocah” ditahun 90an.
Ngeri-ngeri sedap, salah satu istilah dimasa sekarang yang dipopulerkan oleh salah seorang politisi senior yang telah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Kami memaksudkan ungkapan ini akan kegemaran kami dimasa remaja (tahun 90an) untuk menonton siaran televisi yang berbau mistis dan horor. Serial sinema Si Manis Jembatan Ancol merupakan salah satu tayangan favorit kami. Sekitar Tahun 98-99 (kalau tidak keliru), muncul pula tayangan disalah satu televisi swasta berjudul Kismis (Kisah Misteri) dengan host yang disetting agar terkesan “mencekam” bernama Caroline Zahri. Sang Host selalu mengundang bintang tamu/narasumber yang akan menceritakan pengalamannya bertemu dengan makhluk halus. Kata “Begini Ceritanya” merupakan kalimat pembuka yang khas untuk mengantarkan para pemirsa ikut serta seolah menyaksikan secara langsung keseraman yang dialami oleh narasumber ketika berhadapan dengan makhluk astral. Kisah yang diceritakan oleh sang bintang tamu digambarkan sedemikian rupa dengan bumbu-bumbu berupa tampilan menyeramkan dari makhluk halus yang dijumpai sehingga membuat bulu kuduk berdiri hingga terbawa dalam mimpi.
Namun kisah horor dan misteri bagi masyarakat kita bagaikan pisau bermata dua, disatu sisi kita akan merasakan rasa takut yang luar biasa saat membaca atau menonton kisahnya namun disisi lainnya rasa penasaran kita akan selalu muncul sehingga menimbulkan rasa “candu” terhadap hal berbau mistis tersebut. Cukup banyak film/sinetron berbau mistis yang telah kami tonton. Bahkan kami juga sering membaca majalah horor berjudul “misteri” yang isinya tentu saja banyak terkait dengan hal-hal berbau mistis disertai dengan gambar ilustrasi yang cukup menyeramkan.
Kegemaran menonton atau membaca hal berbau mistis tersebut sedikit banyaknya memicu timbulnya khayalan kami tentang hal-hal yang menyeramkan muncul secara tiba-tiba terutama ketika pada suasana sepi dikegelapan malam. Akibatnya kamipun pernah mengalami suatu malam yang betul-betul menguras emosi dan menguji adrenalin kami karena munculnya kekhawatiran yang besar akan kemungkinan kami untuk bertemu dengan makhluk astral saat itu.
Kisah ini terjadi ketika kami berada dibangku kuliah. Saat itu kami bermaksud untuk bergabung dengan salah satu organisasi kemahasiswaan yang bergelut dibidang pembinaan ilmu bela diri. Organisasi ini mengharuskan calon anggotanya untuk berlatih fisik 3 x seminggu disore hari sepulang kuliah dan pada hari minggu pagi sampai sekitar jam 11 siang. Latihan tersebut dilaksanakan selama sebulan. Salah satu manfaat positif yang kami rasakan saat mengikuti latihan tersebut adalah “menjadi kurus kembali”, hehe. Bagaimana tidak, setelah mengalami penempaan fisik yang relatif berat tersebut dalam waktu 1 bulan, berat badan kami berkurang sebanyak 7 kg.
Setelah melahap menu latihan fisik selama sebulan, calon anggota diharuskan menghadapi semacam “malam inaugurasi” untuk dilantik menjadi anggota muda (enam bulan setelahnya juga akan ada kegiatan serupa untuk dapat diterima menjadi anggota penuh). Malam tersebut benar-benar menjadi malam yang berat, bukan hanya dari segi horor yang akan kami ceritakan, tapi juga berkaitan dengan “siksaan fisik” yang harus diterima oleh para calon anggota muda. Bagaimana tidak, dimulai pada sore hari, sekitar 7 km sebelum lokasi kampus, kami dwajibkan berlari. Berlari tidak asal berlari, dalam “pelarian” tersebut banyak sekali ujian fisik yang harus diterima. Baru beberapa puluh/ratus meter berlari disuruh berhenti untuk push up. Berlari lagi disuruh berhenti untuk sit up, berlari lagi disuruh adu sprint dengan teman. Kemudian berlari lagi dengan kencang sambil menggendong teman. Begitulah ujian demi ujian fisik dilalui hingga akhirnya sampai dilokasi kampus. Kalau dihitung-hitung, setiap peserta telah “dipaksa” untuk push up dan sit up entah berapa ratus kali kala itu.
Kampus tersebut berada dipinggiran kota dan posisinya berada diketinggian sehingga dari sana bisa nampak pemandangan kota. Kampus tersebut lumayan luas sehingga akan cukup membuat kaki pegal apabila dikelilingi dengan berjalan kaki. Sesampainya dikampus kami dikumpulkan, setiap calon anggota muda diberi korek api dan sebatang lilin. Dalam rentang waktu 5-10 menit, 1 orang peserta dilepas untuk berjalan menelusuri kampus dan melewati beberapa pos penjagaan. Di pos penjagaan tersebut “siksaan” kembali berlanjut. Kami diharuskan untuk push up, sit up dan berbagai ujian lainnya sesuai keinginan para penjaga pos (keesokan harinya sekujur badan terasa pegal dan kaku, hehe).
Dengan lokasi kampus yang lumayan jauh dari pusat kota dan dekat dengan hutan, sering juga muncul rumor atau isu tentang kisah misteri yang dialami oleh para mahasiswa yang masih wara wiri dikampus sampai malam bahkan pagi, atau para penjaga kampus yang bermalam disana. Tidak jarang mereka melihat “penampakan” yang cukup menyeramkan. Hal ini tentu akan membuat siapapun yang tidak biasa beraktifitas saat malam hari disana menjadi dag dig dug der.
Rasa deg-degan dan was-was itulah yang begitu berat kami rasakan saat itu. Disaat mulai melangkahkan kaki setelah menerima korek api dan sebatang lilin dari panitia, bayangan-bayangan makhluk halus yang pernah kami lihat diacara televisi maupun dimajalah terus berkelebat dipikiran kami. Guna meredakan ketegangan, kami terus membaca ayat-ayat Alqur’an semampu yang kami hapal beserta doa-doa dan zikir-zikir. Kami membacanya dengan agak mengeraskan suara sehingga menimbulkan keberanian untuk terus melangkah. Kami tidak sedikitpun menoleh kekiri dan kekanan karena khawatir akan ada penampakan yang meruntuhkan mental kami. Dalam perjalanan itu rasanya tidak sedetikpun bibir kami berhenti mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah tersebut.
Setelah melewati 2 atau 3 pos penjagaan, beban pikiran kami semakin terasa berkurang karena perjalanan yang ditempuh sudah semakin dekat dengan garis finish. Mendekati garis akhir inilah puncak “teror rasa seram” itu timbul. Bagaimana tidak, dilorong kampus itu tiba-tiba muncul hantu pocong yang melompat-lompat seperti difilm horor dan disampingnya ada seorang wanita berambut panjang berpakaian putih bermuka pucat seperti difilmnya Suzana. Syukur kepada Allah kami masih bisa mengumpulkan keberanian. Dengan segenggam keberanian, kami mencoba mengeraskan bacaan ayat kursi dan mengarahkannya kepada pocong dan hantu wanita tersebut. Kedua makhluk tersebut menggeliat seolah kepanasan seperti adegan difilm horor saat sang hantu bertemu dengan ustadz atau kyai. Setelah itu rasa takut kami akhirnya hilang total dan berganti dengan senyum simpul karena sang pocong yang “merunduk” kelantai setelah kami bacakan ayat kursi ternyata secara tak sengaja menyingkapkan celana trainingnya sendiri.
Setelah dilanda takut setengah mati, kamipun jadi senyum-senyum sendiri karena ternyata kami telah kena “prank” oleh para hantu jadi-jadian tersebut. Tak lama setelah “pos penjagaan terakhir” yang dihuni oleh para hantu tersebut, perjalanan kamipun berakhir. Disitu kami dan para calon anggota muda lainnya pun berbagi pengalaman dan utamanya gelak tawa saat berhadapan dengan para hantu palsu tersebut. Keesokan paginya setelah suasana sudah mulai terang, seluruh peserta pun dinyatakan lulus dan dilantik menjadi anggota muda. Suatu capaian yang mengharukan sekaligus membanggakan karena beratnya perjalanan yang harus dilalui untuk mencapai tingkatan tersebut.
Peristiwa tersebut membawa hikmah yang sangat berarti bagi kami. Kami yang tergolong penakut terutama terkait dengan hal-hal yang berbau horor, telah membuktikan sendiri keagungan dan kebesaran ayat-ayat Allah. Sebelum menempuh perjalanan mengelilingi kampus malam hari itu, kami merasakan rasa cemas yang bersangatan dan begitu khawatir akan sangat mungkin jatuh pingsan bila bertemu dengan makhluk yang menyeramkan. Ternyata bacaan ayat-ayat Al Qur’an dan doa-doa yang terus kami lantunkan disepanjang perjalanan, menjadi penenang jiwa yang luar biasa dan dapat mengimbangi rasa takut yang terus menyelimuti jiwa kami.
Semoga Allah akan menganugerahkan kepada kami dan para pembaca walaupun secara perlahan dan sedikit demi sedikit untuk menumbuhkembangkan kecintaan dan kegemaran yang tinggi untuk dapat membaca Al Qur’an secara konsisten. Selesai.
NB : Dokumentasi Kismis "Begini Ceritanya" :
0 Komentar